Sabtu, 26 Mei 2012

Usaha Kerajian Batik Tulis ''Puri'' di Pacitan

Modal Hanya 2 Lembar Mori, Kini Karyawan 40 Orang Puji Hariati dan Hemi Suyatmono, bukan saja pasangan suami-istri yang serasi. Melainkan, warga Desa Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, itu juga merupakan sepasang tim kerja yang kompak. Keduanya berhasil mengembangkan usaha kerajinan batik tulis yang diberi nama Kerajian Batik Tulis ''Puri''. Di Usaha Kerajinan Batik Tulis ''Puri'' tersebut, Puji Hariati menangani bagian produksi, sedangkan Hemi Suyatmono menangani bagian pemasaran. Dalam praktik memang tidak split ofbenar karena Hemi juga membantu pada urusan produksi dan Puji juga membantu pada urusan pemasaran produk. Namun, pembagian tugasnya jelas: Puji bertanggungjawab pada bagian produksi dan Hemi bertanggungjawab pada bagian pemasaran. Hasil dari kerjasama yang baik itu, Usaha Kerajinan Batik Tulis ''Puri'' berkembang pesat. Setiap hari bisa berproduksi, pemasarannya pun relatif lancar. Bahkan, usaha rumahan tersebut kini telah mampu mempekerjakan sebanyak 40 orang karyawan. Pemasarannya pun tak hanya dilakukan di butiknya di rumah, tetapi dilakukan juga melalui jaringan. Berkat kerjasama dengan para relasi di berbagai daerah, pemasaran produk pun tak hanya seputar Pulau Jawa, tetapi sudah melebar ke luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera. Padahal, di awal usahanya dulu, oleh ibu kandung Puji Hariati, keduanya hanya diberi modal berupa dua lembar kain mori sebagai bahan untuk mulai mbatik. ''Usaha ini usaha keturunan. Mbah buyutmemang suka mbatikdan itu ditiru oleh ibu saya. Ibu saya meneruskan usaha mbah buyutitu sejak kelas 6 SD. Waktu itu karena ibu saya ditinggal mati kedua orangtuanya. Usaha ini sudah berjalan sejak 60 tahun yang lalu. Dari mbah buyutturun ke ibu. Terus saya kansetiap harinya tahu orang mbatik. Jadi, tanpa belajar secara khusus pun, ya saya sudah bisa. Waktu saya memulai usaha, saya hanya diberi modal kain mori dua lembar oleh ibu,'' terang Puji. Dari dua lembar kain mori itu kini telah berkembang menjadi berlembar-lembar. Hasilnya tidak hanya dapat untuk menghidupi keluarga sendiri, tetapi juga mampu memberikan penghasilan kepada sekitar 40 orang yang menjadi karyawannya. Puji mengatakan, karyawan sekitar 40 orang itu terbagi dua: karyawan tetap dan karyawan borongan. Karyawan tetapnya berjumlah 10 orang, sisanya karyawan borongan. Karyawan tetap bekerja di rumah produksi milik Puji dan Hemi. Pekerjaan mereka adalah memroses kain yang sudah dibatik, memberi warna kain batik. Karyawan borongan, yang berjumlah lebih dari 30 orang, pekerjaannya adalah mbatik. Mereka bekerja di rumah masing-masing. Kain mereka bawa pulang untuk dibatik. Kalau batiknya selesai, dibawa ke rumah produksi lagi untuk diberi warna. ''Karyawan tetap digaji harian. Kerjanya pukul 08.00-4.30. Gajinya Rp 25.000/orang/hari. Kalau yang mbatik(karyawan borongan, Red), ya kita lihat batikannya. Gajinya Rp 20.000-Rp 25.000/potong. Bahkan, ada yang Rp 15.000/potong kalau batikannya belum bagus. Mereka mbatikdi rumah masing-masing karena ibu-ibu itu kerjanya (mbatik, Red) sehabis ngurusi rumahtangga. Siangnya baru mbatik,'' ungkap Puji. Produk Produk yang dihasilkan dan dipasarkan oleh Puji Hariati dan Hemi Suyatmono bukan baju batik, melainkan kain batik. Satu produk berupa satu potong kain yang telah dibatik dengan ukuran 2 meter. Produk-produk kain batiknya ada yang berbahan kain mori primis, kain mori prima, ada pula yang berbahan kain sutera. ''Kain didatangkan dari Solo karena di Jatim tidak ada. Kain kalau beli, gulungan besar. Kain sutera belinya Rp 1,5 juta/gulung Segulung kain sutera itu nanti jadinya kain batik sekitar 15 potong,'' ungkap Puji. Tiap hari, kata Puji, berproduksi, tetapi jumlah produknya sulit dikatakan jumlahnya berapa tiap harinya. Sebab, jumlah produk bergantung pada pesanan dan juga motif yang diminta oleh pemesan. Pemesannya ini, selain calon pemakai langsung, juga banyak dari kalangan pedagang yang memesan untuk dijual kembali. ''Kalau motifnya mudah, satu orang pembatik bisa menyelesaikan satu potong batikan hanya dalam satu hari. Tapi kalau motifnya itu motif sulit, biasanya nggakcukup nyanting (mbatik, Red) satu hari. Bisa satu minggu baru selesai,'' kata Puji. Puji mengemukakan, ongkos produksi untuk sepotong kain batik bervariasi Rp 20.000 hingga Rp 40.000/potong. Nanti, harga jual yang ia tetapkan juga bervariasi, yakni Rp 60.000 hingga Rp 250.000/potong. ''Harga tergantung bahan, tingkat kesulitan pengerjaan, dan lama pengerjaan. Harga Rp 60.000/potong itu harga terendah, yakni dari bahan mori prima,'' terang Puji. Paling ramai pembeli? Hemi Suyatmono mengatakan, pembeli paling ramai saat mau Hariraya Idul Fitri, mau Hariraya Idul Adha, dan saat pegawai akan mengadakan suatu acara. [KUS/PUR] Proses Membatik 1. Beli kain (gulungan). 2. Kain gulungan dipotong-potong. Setiap potong berukuran 2 meter. 3. Kain yang sudah dipotong berukuran 2 meter itu, kemudian dipola. 4. Siapkan malam dan cantingnya. Malam dilarutkan dengan cara dipanasi dengan api kompor kecil berbahan bakar spritus. 5. Kain yang sudah dipola, lantas dibatik. Dengan canting, malam yang sudah cair dituliskan pada kain, Menuliskannya mengikuti pola yang sudah ada pada kain. 6. Meramu obat untuk warna. 7. Menempatkan obat ramuan untuk pewarna pada bak-bak. 8. Kain yang sudah dibatik, kemudian diberi warna sesuai dengan keinginan menggunakan obat ramuan di bak-bak tersebut. Ketika diobati, bagian kain yang kena malam akan berwarna putih. [KUS/PUR]

0 komentar: