Jumat, 25 Mei 2012

Mahar Membawa Berkah

Sebelum menggeluti bisnis mahar dan hantaran pernikahan wanita berkacamata ini adalah seorang karyawan desain grafis pada sebuah usaha percetakan. Ia juga tak punya latar belakang pendidikan yang sesuai dengan jenis usahanya yang diberi nama Rizkia Creation ini. Ia sendiri seorang sarjana ekonomi. Kalaupun akhirnya ia bisa sukses dua tahun terakhir dengan menggeluti usahanya sendiri ini mungkin itu merupkan berkah dari Sang Pencipta untuknya.
Uus, demikian panggilan akrab Uswatun Hasanah, dulunya mempelajari seni kreasi ini justru dari kertas sobekan yang ia lihat tanpa sengaja. ’’Suatu hari saya melihat kertas sobekan yang sedang memuat tentang cara membuat hantaran dengan bentuk angsa. Karena tertarik kertas itu akhirnya tidak jadi saya buang dan terus saya amati cara-caranya. Setelah itu saya coba-coba sendiri di rumah,’’ kisahnya. Penasaran Karena penasaran ingin mencoba hasil uji cobanya yang baru lalu itu, akhirnya saat saudara dan teman-temannya hendak menikah, wanita ini menawarkan jasanya untuk membuatkan hantaran yang akan dibawa ke pernikahan mereka itu untuk ia bentuk. Mungkin karena sedang giat-giatnya dalam berkreasi akhirnya, otak kreatif wanita satu ini tak hanya menelurkan paket hantaran dalam bentuk angsa saja, ia malah bisa membuat panda, lumba-lumba, capung, bunga dan sejumah bentuk lainnya. Jelas saja, saudara dan teman-temannya jadi merasa diuntungkan dengan hal ini. Pasalnya Uus tak meminta bayaran untuk hasil kreasinya itu. Saat itu yang ada dipikirannya hanyalah bagaimana menuangkan imajinasinya tadi dalam bentuk yang nyata sekaligus latihan ketrampilan saja. Belum terpikir olehnya untuk membisniskan kreasinya yang satu ini. Alhasil, saudara dan teman-teman Uus tadi menyebarkan kebaikan hati Uus ini kemana-mana. Lambat laun yang datang padanya untuk minta tolong dibuatkan hantaran bukan lagi saudara dan teman baiknya saja. Malah yang mendatanginya itu teman kerjanya saudaranya ataupun saudara dari teman baiknya itu. Bangkit Melihat hal ini, mau tak mau naluri bisnis Uus mulai bangkit. Pasalnya pesanan mulai banyak dan ia tak bisa mengerjakan sendiri lagi. Ia harus meminta tolong saudaranya untuk membantunya bila pesanan itu sampai melebihi batas kemampuasnnya plus waktu yang diberikan customer padanya terlalu mendesak. Itu berarti keahliannya yang satu ini mulai tak boleh diremehkan. Mulailah ia membisniskan usahanya itu. ’’Sekitar delapan tahunan saya menjadikan usaha membuat hantaran peningset itu sebagai usaha sambilan saya sebagai desain grafis saat itu,’’ terang wanita berperawakan ceking ini. Namun rezeki wanita yang satu ini makin berkembang pada akhirnya. Sekali lagi faktor kebetulan yang terbilang unik menghampirinya. Gara-gara mengantarkan temannya yang sedang menikah dengan membawa mahar berbentuk kipas akhirnya otak kreatifnya berkerja sedikit lebih ekstra tanpa disadarinya. ’’Saat itu saya lihat maharnya dalam bentuk kipas, pada waktu itu yang seperti itu saja sudah menjadi sesuatu yang wah sekali. Dikagumi banyak orang. Saya jadi berpikir mustinya nggak harus bentuk kipas saja yang layak untuk dikagumi. Karena masih bisa dikembangkan dalam bentuk lainnya lagi,’’ katanya setengah berargumen. Gara-gara Wartawan Dan memang begitulah adanya. Tak sekedar argumen tapi bukti nyata pun lahir dari cara berpikirnya yang tanpa sengaja tadi. Setelah melihat mahar kipas tadi Uus kembali berpikir untuk membuat sesuatu yang berbeda lagi, tapi kali ini obyeknya adalah mahar. Lagi-lagi wanita yang satu ini menawarkan diri pada saudara dan teman baiknya kalau mau menikah hendaknya mahar perkawinannya bisa dibuatkan saja olehnya. Gayung bersambut. Saudara dan temannya kembali memanfaatkan kebaikannya ini. Tak hanya kipas yang tercipta dari tangan Uus. Sejumlah bentuk burung, aneka bunga, masjid, rumah gadang, lafad Allah dan Muhammad, kapal, pesawat, sepeda, tank, helikopter, sejumah logo intnasi seperti kepolisian, kejaksaan, angkatan laut, angkatan udara, angkatan darat, bentuk Kabah lahir dari tangan terampilnya itu. Uus pun mengabadikan karyanya itu dalam foto. Suatu kali seorang wartawan Jawa Pos melihat karya unik Uus ini, sang wartawan langsung meminta waktu padanya untuk wawancara. ’’Setelah wawancara dengan wartawan itu, dan artikelnya di muat di koran, dua minggu kemudian saya langsung berhenti kerja dari perkerjaan saya sebagai desain grafis itu. Soalnya saya langsung kebanjiran order mahar pernikahan. Karena jumlahnya yang sedemikian banyak itu akhirnya saya tak bisa menyepelekan pekerjaan ini,’’ papar Uus. Sebab selain jumlah orderan banyak, bentuk yang dipesan untuk mahar itu juga bervariatif. Customer yang datang minta bentuk yang beraneka ragam yang mau tak mau membuat Uus harus meluangkan banyak waktu untuk menyelesaikan pesanan tersebut. Dan sejak dimuat beritanya oleh wartawan tersebut Uus pun kini sedikit terbantu dalam jumlah pengadaan uang mahar yang dibutuhkannya itu. Kini ia tak perlu susah payah antri di bank untuk mencari uang-uang yang dibutuhkannya itu. ’’Waktu diwawancara itu, wartawan tanya apa kesulitan saya untuk membuat mahar ini. Saya bilang kesulitannya mencari uangnya. Karena untuk membuat mahar ini kita butuh uang pecahan karena disesuaikan dengan tanggal pernikahan customer. Selain itu juga dibutuhkan uang baru yang masih licin, nggak bisa pakai uang lecek. Jadi kita harus ke bank untuk menukarkannya. Sayangnya uang dari bank juga nggak semuanya baru, ada beberapa yang lecek. Kalau untuk mendapatkan yang benar-benar baru kita harus tuker di BI. Dan itu harus antri. Saya pernah antri 5 jam untuk itu. Makanya saya sampai repot nyari alasan buat izin ke bos saya waktu itu,’’ aku Uus. Perluas Target Pasar Sejak dimuat wartawan, jadi banyak orang yang mengenali Uus. Kini ia tak perlu kerepotan untuk mencari kemana mencari uang pecahan guna memenuhi kebutuhan hasil kreasinya itu. Sebab para kolektor uang tempo dulu kini justru yang memburunya. Mereka berdatangan ke tempat usaha Uus untuk memberitahu sekaligus menawarkan penyediaan uang kuno bagi keperluan Uus itu. Kini usaha ini sudah berjalan dua tahun. Dari mengikuti sejumlah bazar plus informasi dari mulut ke mulut, Uus mengaku tak pernah sepi order. Sekalipun musim nikah di Indonesia lebih banyak di bulan haji tapi itu bukan berarti di luar bulan haji wanita ini jadi tak punya uang dan kerjaan. Sebab naluri bisnisnya pun terus berjalan. Kini targetnya tak hanya orang yang hendak menikah saja, orang-orang yang sedang merayakan ulang tahun pernikahan pun bisa jadi lahan bisnis baru. ’’Kan banyak juga orang yang merayakan sewindu perkawinan mereka, atau ulang tahun perak dan lain sebagainya yang bisa saya tawari untuk dibuatkan kenang-kenangan mahar pernikahan. Sebab banyak juga dari orang yang sudah menikah itu dulunya waktu mereka menikah maharnya sudah kepakai untuk belanja. Makanya kenangan mahar itu jadi nggak ada. Dan sekarang saya tawari untuk dibuatkan mahar baru sebagai kenangan waktu mereka menikah dulu, ternyata banyak yang berminat kok,’’ sambung Uus. Tak hanya itu saja. Ia pun mencari pangsa masyarakat baru lagi.Yang ditujunya adalah masyarakat dari etnis China. ’’Mereka kan suka ngasih angpao gitu kalau lagi merayakan Imlek ataupun apa gitu, ke mereka ini saya tawarkan kalau memberi angpoa dalam amplop sudah sering terjadi bagaimana kalau bentuknya diubah. Bukan dimasukkan dalam amplop tapi dibentuk dalam bentuk bunga-bunga yang bertangkai gitu. Bisa mawar, bisa tulip atau apalah yang jelas bentuknya dimacem-macemin. Dan alhamdulillah laku kok,’’ imbuhnya. Tak berhenti sampai d sini saja, kini Uus pun merambah pangsa baru lagi, ia menawarkan jasanya ini kepada para kolektor uang masa lalu. Jika selama ini mata uang tempo dulu hanya disimpan dalam kotak saja maka Uus menawarkan jasanya untuk mendesain uang tadi dalam bingkai pigura sesuai kemauan customer. Sehingga uang kuno itu bisa dinikmati sebagai karya indah yang bisa dikagumi bagi siapa saja yang melihatnya. Modal Dalam menjalankan usahanya ini Uus mengaku modal yang dibutuhkan adalah kesabaran dan keuletan darinya untuk menelurkan sebuah karya sesuai harapan si empunya hajat. Baginya kesulitan adalah tantangan yang harus ditaklukan. Saat Peduli mengamati sejumlah karyanya terlihat detil-detil sulit yang harus dilewati wanita ini untuk menyelasaikan karyanya tersebut. Namun hal itu tidak lantas mematahkan semangatnya. Sejumlah karyanya yang rumit seperti lafad syahadat maupun ayat Kursi yang harus dibuat dari kerajinan melipat uang ini akhirnya selesai juga dan nampak indah dipandang mata. Meski bukan perkara mudah untuk menghasilkan yang seperti itu sebab bahannya adalah uang yang tak boleh digunting serta warnanya pun sudah itu-itu saja. Saat Peduli bertanya apakah yang membuatnya mau berwirausaha sendiri daripada jadi karyawan seperti dulu padahal resiko itu selalu ada pada pengusaha, dengan tenang Uus memberikan jawaban. ’’Kalau kita berwirausaha, kita bisa jadi bos diri sendiri. Kita bisa ngatur waktu kita sendiri. Ini berbeda dengan kita kerja ngikut orang. Jam kerjanya teratur dan hasilnya pun kadang tidak seberapa, nah kalau kita berwirausaha semuanya jadi bergantung pada usaha kita sendiri itu. Kalau ingin lebih maju lagi ya kita harus bekerja sedikit lebih ekstra, hasilnya juga ektra,’’ jawabnya. Lantas bagaimana soal modal usaha dan resiko yang rata-rata menjadi momok bagi para calon wirausahawan baru itu? ’’Orang menikah itu Insya Allah akan selalu ada sepanjang hayat. Jadi kebutuhan akan mahar itu pasti ada. Karena mahar itu salah satu syarat pernikahan. Jadi peluangnya juga panjang. Sementara penyedia jasa dibidang ini nggak banyak. Maknya nggak perlu takut karena rezeki itu Allah yang mengatur. Soal modal itu juga nggak terlalu menggelisahkan karena sekarang banyak bank yang menawarkan meminjamkan uang. Soal risiko, alhamdulillah sejauh ini itu hanya soal temperamental dari custmoer aja. Ada orang yang sedikit frontal dalam menyampaikan pendapat. Tapi alhamdulilah semua bisa saya atasi dengan kesabaran kok,’’ katanya seraya tersenyum. [nik]

0 komentar: