Jumat, 25 September 2009

Pembuatan Sapu Ijuk Beromzet Rp 17 Juta/Bulan

Sapu ijuk, keset dari kain perca, kelihatannya sepele. Tapi, jika ditekuni, ia bisa mengantar siapa pun yang sudi menekuninya untuk menjadi jutawan.Desa Jabalsari, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung dikenal dengan industri rumahan-nya yang memproduksi peralatan kebersihan rumah tangga.

Salah satu pelaku usaha rumahan tersebut ialah Siti Rukoyah (50) warga RT 1/1, Desa Jabalsari, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung yang menekuni usaha pembuatan alat-alat pembersih rumah tangga khususnya sapu dan keset. Usaha ini Ia rintis bersama suaminya Pani (57) sejak Tahun 1980. menurut penuturannya awalnya dikerjakan sendiri dan hasilnya ia pasarkan dengan cara menitipkan pada toko-toko yang menjual kebutuhan rumah tangga.

Saat itu produk yang di hasilkan meliputi sapu yang terbuat dari ijuk, sabut kelapa, keset dari sabut kelapa dan yang terbuat dari kain perca. Namun saat ini Siti khusus memproduksi sapu ijuk dan sapu yang terbuat dari serat nanas hutan. Sementara keset id hannya menampung dari hasil produk anak didiknya.

Dalam menekuni usahannya sampai detik ini sering mengalami pasang surut namun berkat keuletan serta keyakinannya bahwa dari membuat sapu ijuk merupakan jalan penghidupannya, ternyata usahanya bisa bertahan. Bahkan saat ini Siti Rukoyah tidak lagi hanya sebagai pembuat saja, namun selain sebagai produsen dirinya juga sekaligus meranggkap sebagai pedagang pengepul.

Peluang pasar dari produk ini memang sampai saat ini cukup besar bahkan cenderung mengalami peningkatan. ’’Selama ini yang saya alami permintaan pasar terhadap produk peralatan kebersian rumah tangga setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan,’’ ujarnya.

Memang tidak mengherankan masih menurut penuturan Siti setiap bulannya khusus untuk produk sapu ijuk dan sapu serat nanas yang ia produksi sendiri bisa terjual tidak kurang dari 6000 buah. Sedangkan keset hitungannya tidak bisa menjelaskan hitunggannya dengan pasti.

Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut saat ini Siti dibantu oleh 6 orang karyawan tetap dan dibantu 15 orang perajin asuhannya. Siti sendiri hanya menyediakan bahan baku sedangkan pengerjaannya dilakukan dirumahnya masing-masing.

Sedangkan ijuk sebagai bahan bakunya didatangkan dari Jawa barat dan sudah memiliki pemasok tetap demikian juga serat nanasnya dipasok dari kalimantan, biasanya setiap bulan datang beberapa truk dan dibagi ke beberapa pelangan/perajin yang ada di Desa ini secara bergiliran.

Yang tidak kalah pentingnya dari produk rumahan ini supaya tetap bisa bertahan adalah mutu. ’’Modal utama yang selalu saya jaga adalah mutu produk karena dengan mutu yang bagus akan lebih mudah menembus pasar dan konsumen tidak akan lari,’’ ujar Siti menandaskan.

Menurut penuturannya mutu produk juga menekan harga jualnya. Siti sendiri menetapkan tiga tingkatan harga berdasarkan mutunya. Sapu dengan harga Rp 5.000, adalah sapu dengan mutu paling baik karena dibuat dari hasil sisiran pertama dari bahan baku ijuknya, halus dan rapi. Hasil sapu dari sisiran kedua dibandrol dengan harga Rp 3.000, sedangkan hasil sisiran ketiga dia jual dengan harga Rp 2.000. Sedangkan jenis lain yang ia jual adalah keset dari kain perca dan sabut kelapa dengan harga mulai dari Rp 5.000 - Rp 25.000, dua jenis produk ini ia tampung dari perajin-perajin langganan tetapnya yang ada di daerahnya.

Bidang pemasaran, Siti Rukoyah sudah tidak mengalami banyak kendala karena sudah ada pedagang langganan tetap yang setiap bulan mengambil sediri, ’’Dulu memang saya distribusikan sendiri tapi saat ini pelanggan saya minta untuk mengambil sendiri, biarpun dari penjualan itu saya potong untuk biaya angkutannya dan itu saya pikir lebih enak karena tidak nanggung risiko di perjalanan,’’ tuturnya.

Pelanngannya selain dari wilayah Tulungagung dan Trenggalek juga ada yang dari Surabaya, Bali, Malang, Kediri, Madiun, dan Blitar.

Dari hasil penjualan peralatan kebersiahan rumah tangga ini setiap bulan Siti Rukoyah bisa mengantongi pendapatan tidak kurang dari Rp 17 juta. Setelah dikurangi biaya untuk bahan baku dan upah karyawan ia masih bisa mengantongi laba bersih sekitar Rp 4,5 juta.

Tidak mengherankan bila Siti Rukoyah bisa memberi modal usaha sejenis pada dua orang anaknya. ’’Ya, alhamdulillah dari hasil usaha ini saya bisa membari sedikit modal pada dua orang anak saya. Sedangkan anak sulung saya, Nurkayan (37) sejak lulus SMP pilih merantau ke Malaysia dan bahkan sudah kawin dan menjadi warga negara Malaysia dan baru dua kali pulang ke Indonesia,’’ terangnya. [PURWO]

3 komentar:

pebry quikerz mengatakan...

semoga sukses selalu ya,saya ingin minta kiat kiat pada yang bersangkutan,saya mau minta no yang bisa di hubungi

nanang mengatakan...

nomor telepon yang bisa di hubungi

pebry quikerz mengatakan...

nomor telepon ibu Siti Rukoyah & bapak Pani yang bisa di hubungi